Minggu, 21 Desember 2025

Pacu Jalur Mendunia hingga Diklaim Warganet Malaysia, Begini Awal Mula Sejarahnya

- Selasa, 8 Juli 2025 | 15:36 WIB
Ilustrasi mengenai sejarah pacu jalur yang saat ini menjadi viral.  (Kemenparekraf)
Ilustrasi mengenai sejarah pacu jalur yang saat ini menjadi viral. (Kemenparekraf)

RBG.ID - Konten tentang tradisi Pacu Jalur kembali menarik perhatian publik, setelah video tradisi tersebut viral di media sosial.

Perahu panjang khas Kuantan Singingi melaju cepat di atas sungai, memikat jutaan penonton.

Tak heran di media sosial TikTok, Pacu Jalur ramai ditirukan netizen hingga sejumlah pesepak bola dunia swperti klub bola PSG.

Namun, kehebohan muncul bukan hanya karena aksi para pendayung, melainkan karena muncul klaim yang menyebut tradisi ini berasal dari Malaysia.

Baca Juga: Segera Mulai! Klik Link Live Streaming Liga Indonesia All Star vs Arema FC di Piala Presiden 2025

Pasalnya, netizen dari Malaysia, Thailand, hingga Vietnam dan Filipina, disebut-sebut ikut "mengklaim" warisan budaya asli Indonesia ini miliknya.

Tentu hal tersebut memicu amarah netizen Tanah Air.

Dari TikTok hingga Instagram, warganet Indonesia membanjiri kolom komentar dengan kecaman.

Penyebabnya, banyak akun luar negeri yang tiba-tiba mengaku Pacu Jalur sebagai bagian dari budaya mereka.

Baca Juga: 20 Spot Nobar Persib vs Dewa United di Bandung, Gratis Tinggal Jajan!

Banyak pengguna luar negeri ikut mengunggah cuplikan Pacu Jalur dan menyematkan tagar-tagar kebanggaan negara mereka, seolah ingin menunjukkan “ini milik kami juga.”

Bahkan sejumlah akun Malaysia terang-terangan menyebut lomba perahu raksasa ini sebagai warisan budaya Melayu yang tak eksklusif milik Indonesia.

Padahal, Pacu Jalur sudah hidup sejak abad ke-17 di sepanjang Sungai Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau.

Bagi masyarakat Riau, ini tentu bukan soal viral semata. Ini tentang identitas.

Baca Juga: Viral Wartawan Inggris Spill Nasi Kotak Piala Presiden 2025, Isi Lauknya Bikin Heboh

Lantas, bagaimana awal mula sejarah dari tradisi Pacu Jalur yang viral?

Sejarah Tradisi Pacu jalur

Dikutip dari laman resmi kabupaten Singingi, Pacu Jalur merupakan Pesta Rakyat kebanggan Masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi.

Berawal dari abad ke-17, awalnya merupakan alat transportasi utama warga desa di Rantau Kuantan, yakni daerah di sepanjang Sungai Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu hingga Kecamatan CerentiKecamatan Cerenti di hilir.

Waktu itu belum berkembang transportasi darat. Sehingga, jalur itu digunakan sebagai alat angkut penting bagi warga desa, terutama digunakan sebagai alat angkut hasil bumi, seperti pisang dan tebu, serta berfungsi untuk mengangkut sekitar 40-60 orang.

Baca Juga: Sinopsis Film Predator Badlands (2025) Kisah Pemburuan Predator Remaja di Planet Terpencil

Setelah itu, munculah jalur-jalur yang diberi ukiran indah, seperti ukiran kepala ular, buaya, atau harimau, baik di bagian lambung maupun selembayung-nya, ditambah lagi dengan perlengkapan payung, tali-temali, selendang, tiang tengah (gulang-gulang) serta lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri).

Perubahan tersebut sekaligus menandai perkembangan fungsi jalur menjadi tidak sekadar alat angkut, namun juga menunjukkan identitas sosial.

Sebab, hanya penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk saja yang mengendarai jalur berhias itu.

Baca Juga: Sinopsis Mercy for None (2025) Kisah Balas Dendam Seorang Kakak, Mendobrak Dunia Kelam Gangster

Kemudian, baru pada 100 tahun kemudian, warga melihat sisi lain yang membuat keberadaan jalur itu menjadi semakin menarik, yakni dengan digelarnya acara lomba adu kecepatan antar jalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama Pacu Jalur.

Pada awalnya, pacu jalur diselenggarakan di kampung-kampung di sepanjang Sungai Kuantan untuk memperingati hari besar Islam.

Namun, seiring perkembangan zaman, akhirnya Pacu Jalur diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Sehingga, sejak saat itu Pacu Jalur diadakan sekitar bulan Agustus.

Biasanya jalur yang mengikuti perlombaan, bisa mencapai lebih dari 100. Menurut masyarakat setempat jalur adalah 'perahu besar' terbuat dari kayu bulat tanpa sambungan dengan kapasitas 45-60 orang pendayung (anak pacu).***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Trem di Kota Bogor Diuji Coba 2026

Jumat, 19 Desember 2025 | 11:22 WIB
X