Minggu, 21 Desember 2025

Apakah Awal Ramadhan 2025 Versi Pemerintah, NU, dan Muhammadiyah Bisa Berbeda? Pakar BRIN Bilang Begini

- Jumat, 28 Februari 2025 | 14:00 WIB
Ilustrasi Pemantauan Hilal (Pixabay)
Ilustrasi Pemantauan Hilal (Pixabay)

RBG.ID - Umat Islam di Indonesia tengah bersiap menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 2025.

Pemerintah rencananya akan menggelar Sidang Isbat untuk menentukan awal puasa pada sore ini Jumat 28 Februari 2025 pukul 18.30 WIB.

Bukan hanya pemerintah, organisasi Islam terbesar di Tanah Air, yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, juga menentukan awal Ramadan 1446 Hijriah.

Baca Juga: Sidang Isbat Digelar Sore Ini, Intip 125 Titik Lokasi Pemantauan Hilal 1 Ramadhan 2025

Dalam menentukan awal Ramadhan, hasilnya pun bisa berbeda seperti yang pernah terjadi pada tahun 2022 lalu.

Saat itu, awal Ramadhan 1443 Hijriah mengalami perbedaan. Sebagian umat mulai berpuasa pada Sabtu, 2 April 2022.

Sementara sebagian lainnya mengikuti keputusan pemerintah yang menetapkan awal puasa pada 3 April 2022.

Baca Juga: Apakah Menggunakan Obat Tetes Saat Berpuasa Mata Dapat Membatalkan Puasa? Ini Kata Buya Yahya

Situasi ini bukanlah hal baru dalam sejarah Islam dan sering terjadi karena perbedaan metode dalam menentukan awal Ramadhan.

Oleh karena itu, penting untuk memahami penyebabnya serta menyikapinya dengan bijak agar tidak menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat.

Lantas, apakah awal Ramadhan 2025 versi Pemerintah, NU, dan Muhammadiyah akan sama atau berbeda?

Baca Juga: Nonton Online Sidang Isbat 1 Ramadhan 2025 Dimana dan Jam Berapa? Cek Link Live Streaming di Sini, Bisa Klik di HP atau PC Kualitas HD

Penjelasan Pakar BRIN

Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaludin, memperkirakan awal Ramadhan 1446 Hijriah jatuh pada 2 Maret 2025.

Prediksi ini berbeda dengan Muhammadiyah yang telah menetapkan 1 Ramadhan pada 1 Maret 2025.

Menurut Thomas posisi Bulan saat magrib pada 28 Februari 2025 di Banda Aceh berada di ketinggian 4,5 derajat dengan elongasi 6,4 derajat. Sementara di Surabaya, ketinggian Bulan 3,7 derajat dan elongasi 5,8 derajat.

Posisi tersebut sedikit melebihi kriteria kesepakatan MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), yang mensyaratkan ketinggian minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat untuk menentukan awal bulan Hijriah.

Baca Juga: Marak Isu BBM Oplosan Pertalite Jadi Pertamax, Ini Alternatif BBM Berkualitas RON 92 dari Shell, BP, dan Vivo

"Posisi Bulan masih cukup rendah dan dekat dengan Matahari, sehingga sulit diamati," ujar Thomas dalam video di kanal YouTube miliknya, dikutip RBG.id pada Jumat 28 Februari 2025.

Ia menambahkan, kemungkinan rukyat hilal gagal, sehingga 1 Ramadhan 1446 H berpotensi jatuh pada 2 Maret 2025.

Kendati begitu, ia mengatakan agar semua pihak menunggu keputusan hasil Sidang Isbat yang akan digelar pemerintah.

Baca Juga: 7 Ide Jualan Es Takjil Segar untuk Berbuka Puasa, Modal Kecil Untung Besar!

“Tunggu sidang isbat. Ada kemungkinan 1 Ramadhan 1446 tanggal 2 Maret 2025 karena kemungkinan gagal rukyat,” katanya.

Jika ada nantinya ada perbedaan dalam menentukan awal Ramadan 2025 bukanlah sesuatu yang dipermasalahkan dan harus diterima demi kepetingan bersama.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Trem di Kota Bogor Diuji Coba 2026

Jumat, 19 Desember 2025 | 11:22 WIB
X