"Penularannya dapat melalui perpindahan darah dari nyamuk, lalat, dan caplak. Kemudian dapat juga melalui jarum suntik yang terkontaminasi LSD. Virus LSD juga bisa diekskresikan melalui leleran hidung, air liur, maupun susu yang diminum oleh bayi sapi," jelas dia.
Untuk mencegahnya Anizar menerangkan para peternak perlu menjaga kebersihan kandang, melakukan disinseksi secara rutin, dan dilengkapi dengan melakukan vaksinasi. Walaupun katanya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat belum mendapatkan stok vaksin LSD.
Dia juga menekankan kepada para peternak untuk dengan segera melaporkan apabila menemukan gejala peyakit LSD pada sapi atau kerbaunya. "Laporkan dan akan kami periksa serta uji laboratorium darahnya," terang Anizar.
Sebagai informasi, LSD pertama kali dilaporkan di Zambia, Afrika pada tahun 1929 lalu terus menyebar di benua Afrika, Eropa dan Asia. Pada tahun 2019, LSD dilaporkan di China dan India lalu setahun setelahnya dilaporkan mewabah di Nepal, Myanmar dan Vietnam. Pada tahun 2021, pwnyakit ini telah dilaporkan juga terjadi di Thailand, Kamboja dan Malaysia. (cr1)