Kafe yang dibangunnya sejak tahun 2019 ini memang sengaja ditujukannya untuk pengunjung yang ingin nostalgia di masa sekolah. "Cerita yang paling seru adalah cerita-cerita nostalgia terutama masa sekolah. Makanya yang datang ke sini mereka mengulang kembali memorinya. Ada yang nyoret-nyoret meja pakai tipe-x dan spidol sampai menulis surat cinta," tuturnya.
Konsep oldschool yang ditawarkannya pun disambut antusias para pengunjung. Tamu-tamu yang kebanyakan berusia di atas 24 tahun itu bahkan sengaja menjadikan Kafe Shaffresh sebagai tempat reunian.
"Banyak sekali yang mengadakan reuni di sini. Bahkan waktu itu ada tante-tante yang kompak pakai seragam SMA, ada juga yang cosplay jadi guru," tambah pria asal Kelurahan Gudang itu.
Kafe ini bukan hanya menjual pengalaman flashback masa sekolah lewat tampilannya saja. Sebab para pengunjung juga disuguhkan dengan menu-menu khas jajanan masa sekolah. Misalnya cireng, cimol, sampai mie gaul.
Berbagai permainan juga bisa dimanfaatkan pengunjung untuk menambah keseruan waktu bersama rekanan. Mulai dari permainan zaman dulu seperti congklak, kartu quartet, gamebot, catur, hingga permainan kekinian uno stacko.
Di balik kesuksesannya menghadirkan kembali masa sekolah dalam kafenya, Ale mengutarakan ada berbagai pengalaman lucu yang dialami dirinya maupun staf kafenya.
"Waktu itu kami sempat ditegor oleh Ketua RT karena dikira ingin bangun sekolah. Selain itu staf kafe ini juga sempat didatangi polisi saat pulang kerja. Dia dikira anak SMA karena pakai seragam sekolah dan pulang larut malam," tuturnya sembari tertawa. (cr1)