Selasa, 21 Maret 2023

Jokowi Tunda Reshuffle Kabinet, Ini Pertimbangannya

- Kamis, 2 Februari 2023 | 14:33 WIB
Presiden Jokowi usai pelantikan menteri dan wakil menteri baru di Kabinet Indonesia Maju 2019-2024 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (15/6). FOTO: IST
Presiden Jokowi usai pelantikan menteri dan wakil menteri baru di Kabinet Indonesia Maju 2019-2024 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (15/6). FOTO: IST

RBG.ID-JAKARTA, Sebelumnya gencar dikabarkan kalau Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan melakukan reshuffle atau perombakan kabinet pada Rabu Pon (1/2/2023) kemarin.

Namun, kabar itu tidak terbukti. Pasalnya, Presiden Jokowi tidak melakukan perombakan kabinet. ”Yang jelas hari ini adalah Rabu Pon,” ujar Presiden Joko Widodo (Jokowi) sambil tertawa dan meninggalkan kerumunan wartawan kemarin (1/2/2023).

Seloroh itu disampaikan Jokowi saat ditanya tentang perombakan kabinet. Ya, isu reshuffle yang dikabarkan bakal dilakukan kemarin tidak terbukti. Jokowi justru terbang ke Bali untuk meresmikan Pasar Seni Sukawati.

Baca Juga: Dipanggil Jokowi di Tengah Isu Reshuffle Kabinet, Buwas Bilang Begini

Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago menyatakan, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan Rabu Pon kemarin tidak menjadi momentum reshuffle kabinet.

Pertama, pertemuan Jokowi dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh beberapa waktu lalu telah menghasilkan kesepakatan yang saling menguntungkan.

Asumsinya, menteri dari Nasdem dipertahankan, lalu Nasdem bakal menjaga Jokowi sampai 2024. Kedua, Jokowi akan kehilangan partai politik yang bisa diajak kompromi jika Nasdem dikeluarkan dari pemerintahan.

Meskipun kader PDIP, Jokowi dinilai lebih mudah membangun kesempatan dengan Nasdem dan Partai Golkar. ”Pilihan mempertahankan Nasdem adalah langkah Jokowi menjaga keseimbangan politik di sekelilingnya,” ulas dia.

Baca Juga: Presiden Beri Sinyal Reshuffle Kabinet, Begini Respon PDIP

Menurut Arifki, Golkar-Nasdem ibarat ibu dan anak. Sepertinya Surya Paloh sangat mengetahui ke mana harus bertemu jika ada teman koalisi yang tidak menerimanya.

Surya Paloh yang memiliki romantisme sejarah dengan Golkar tentu lebih mudah memperoleh dukungan. Apalagi, keduanya sama-sama partai pendukung pemerintahan Jokowi.

Arifki mengatakan, pertemuan Paloh dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto telah mengeliminasi isu deklarasi Partai Demokrat dan PKS untuk Anies Baswedan.

Surya Paloh lebih memilih bertemu dengan Golkar daripada menindaklanjuti dukungan Demokrat dan PKS. ”Langkah politik yang dipilih Nasdem terlihat lebih memprioritaskan posisi menterinya di pemerintahan daripada Pilpres 2024,” terangnya.

Sebenarnya, imbuh Arifki, apa pun situasi politik yang muncul setelah gagalnya reshuffle kabinet, Nasdem memperoleh dua keuntungan. Pertama, Nasdem sukses mempertahankan menteri-menterinya dari dorongan reshuffle kabinet.

Halaman:

Editor: Alpin RBG

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Dana Bawaslu Belum Cair Rp 6 Triliun

Sabtu, 18 Maret 2023 | 05:05 WIB
X