Dari awal, lanjut Umam, basis politik kebangsaan oleh Pak Surya Paloh dan Pak Prabowo itu cukup berbeda. "Saya pikir pelajaran dari Pilpres 2019, salah satu elemen penggunaan eksploitasi politik identitas yang begitu akut dan menciptakan polarisasi yang demikian luar biasa. Sedangkan kita tahu, posisi dari Pak Paloh cukup jelas untuk menentang praktik-praktik politik semacam itu,” ujarnya.
Baca Juga: Pilpres 2024, PKB Anggap Prabowo-Cak Imin Jadi Kombinasi Ideal
Sementara, peneliti dari Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro memaknai kunjungan Prabowo ke kantor pusat NasDem selain sebagai bentuk safari politik, sekaligus mencari calon wakil presiden yang bisa berkontribusi jelang Pemilu 2024.
Apalagi, lanjut Bawono, NasDem akan menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang salah satu agendanya menyerap usulan kandidat capres/cawpres dari kader NasDem di daerah.
Pada Rakernas 15-17 Juni mendatang, NasDem akan menyerahkan tiga nama calon presiden ke Surya Paloh. Harapannya, Prabowo bisa mendapat wakil dari situ.
Terkait peluang pasangan Prabowo-Puan seperti yang banyak disebut elite PDIP, menurut Umam, masih cukup kompetitif. “Saya pikir Prabowo-Puan menjadi opsi yang cukup baik,” ujarnya.
Sejumlah nama mengemuka disebut-sebut akan berpasangan sebagai Capres dan Cawapres di Pemilu 2024. Gerindra sudah mantap akan mencalonkan lagi Prabowo Subianto.
Sementara PDIP masih menunggu perkembangan. “Tahapan pemilu cukup lama, setelah itu baru kita kristalkan seluruh konsepsi kerja sama untuk kepentingan bangsa dan negara,” kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto beberapa waktu lalu.(jp)