Pernyataan Muhaimin itu merupakan respons atas berbagai gangguan menjelang muktamar.
Khususnya gangguan keamanan berupa aksi unjuk rasa yang dilakukan ratusan orang beratribut PKB di luar lokasi muktamar.
”Tunjukkan muka kalian kalau kalian kader NU. Jangan jadi kader NU yang pengecut,” ujarnya berapi-api.
Muhaimin juga menegaskan aspirasi muktamarin dan para kiai berpengaruh di PKB mengisyaratkan agar partainya menjadi partai yang mandiri serta tidak bergantung pada organisasi mana pun.
Termasuk PBNU. Sebab, PBNU telah mengisyaratkan tidak mendukung PKB. Terutama saat pemilu 2024 lalu.
Sementara itu, terpilihnya Ma’ruf Amin sebagai ketua dewan syuro merupakan hasil musyawarah para kiai dan nyai berpengaruh di PKB.
Di antaranya, KH. Said Aqil Siroj, KH Nurul Huda Jazuli, Abuya Muhtadi Dimyati, KH. Subhan Makmun, KH. Imam Jazuli, KH. Marzuki Mustamar, dan KH. Kafabihi Mahrus.
Musyawarah itu juga diikuti oleh KH. Chaidar Muhaiminan, KH. Ahmad Badawi, serta Gus Fahmi Mathori Abdul Jalil.
Serta Nyai Nurhayati Said Aqil, Nyai Hj. Ida Fatimah, serta Nyai Hj. Saidah Marzuki. Mereka sepakat untuk menyetujui agar Ma’ruf Amin menjadi ketua dewan syuro PKB.
Ma’ruf Amin mengatakan, dirinya sejatinya ingin kembali ke pesantren usai tidak lagi menjabat sebagai wapres.
Namun, karena diminta untuk menjadi ketua dewan syuro oleh para kiai berpengaruh di PKB, Ma’ruf tidak bisa berbuat banyak.
”Itu nolaknya susah. Apalagi ketua dewan syuro PKB, saya sulit melupakan PKB,” ujarnya.
Sebagai salah satu pendiri PKB, Ma’ruf mau menjadi ketua dewan syuro dengan sejumlah syarat.
Dia meminta dewan syuro diposisikan sebagaimana mestinya. Terutama dalam mengambil keputusan strategis di PKB.
Selain itu, dia juga meminta mazhab PKB harus tetap Islam ahlusunnah wal jamaah.