Bahkan, Win mengusulkan masa jabatan anggota Exco PSSI seharusnya dibatasi. Maksimal hanya dua periode. ”Dengan begitu, ada penyegaran di PSSI,” tuturnya.
Soal kandidat, Win mengaku belum membicarakan hal tersebut dengan internal klub secara detail. Yang jelas, dia ingin ketua umum PSSI berikutnya harus punya pengalaman memiliki klub sepak bola di Indonesia. ”Juga memahami tata kelola sepak bola secara modern,” harapnya.
Sementara itu, Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jawa Timur (Jatim) belum punya pandangan terkait kandidat ketua umum PSSI. Meski sosok Ketua Asprov PSSI Jatim Ahmad Riyadh duduk sebagai salah seorang anggota exco. Asprov PSSI Jatim belum bisa memberi jaminan akan memberikan suara untuk Riyadh.
Sekretaris Asprov PSSI Jatim Dyan Puspito Rini menuturkan, pihaknya belum punya pandangan terkait kandidat. Karena masih harus berdiskusi dulu dengan Riyadh.
”Sampai sekarang (kemarin, Red) beliau (Riyadh) belum memberikan statement apakah maju lagi atau tidak. Juga belum ada perbincangan di internal kami siapa yang jadi calon,” ungkapnya.
Secara terpisah, pelatih Persebaya Aji Santoso tidak ingin mengomentari siapa sosok yang layak duduk di kursi tertinggi PSSI. Dia hanya berharap pelaksanaan KLB akan membuat sepak bola Indonesia bisa lebih berkembang dan maju. ”Dengan adanya tragedi Kanjuruhan, ke depan semoga tidak ada lagi stadion yang tidak layak,” ujarnya.
Aji berharap proses verifikasi stadion dilakukan dengan benar. Aturan ketat ditegakkan. Sebab, menurut dia, sejauh ini masih ada stadion di liga yang tidak layak.
”Harus dicarikan alternatif. Misalnya, kota A tidak layak. Lalu, ada kota B yang tidak ada klub Liga 1, tapi stadionnya layak. Kan bisa digunakan di situ. Jadi, safety dan security-nya benar-benar terjamin,” tegasnya. (fiq/gus/rid/ard/c9/fal)