RBG.ID - MENGHADAPI derbi Jawa Tengah perdana sepanjang era Liga Indonesia, Persis Solo dan PSIS Semarang sama-sama belum punya nakhoda permanen.
Persis ditangani pelatih karteker Rasiman, begitu pula PSIS dipegang Achmad Resal dalam status serupa.
Rasiman sudah di dua laga memimpin M. Abduh Lestaluhu dkk sepeninggal Jacksen F. Tiago, dengan catatan sekali menang dan sekali kalah. Di kalangan suporter tim berjuluk Laskar Samber Nyawa tersebut, setidaknya di media sosial, ayah gelandang Persija Jakarta Syahrian Abimanyu itu lebih dikenal dengan julukan ’’Pelatih Jaksel”.
Jaksel merujuk ke Jakarta Selatan yang kerap diasosiasikan sebagai wilayah anak-anak gaul dengan bahasa campur aduk, Indonesia dan Inggris.
’’Bagi saya, (julukan) itu buat seru-seruan saja. Bercanda saja,’’ katanya kepada Jawa Pos.
Tapi, Rasiman memang sadar kalau sering memadukan dua bahasa itu. Cuma, dia punya alasan kuat. ’’Karena kalau dalam latihan saya harus bicara dua bahasa. Kan ada pemain asing. Itu lebih ke football terminology saja,’’ bebernya.
Toh, saat melatih tim junior, Rasiman kembali ke setelan awal: berbahasa Indonesia. ’’Kalau pakai bahasa Inggris, justru banyak pemain muda yang tidak tahu,’’ katanya. Dia memadukan dua bahasa itu seperlunya saja. Sebagai pria yang pernah berkarier di dunia militer, berbicara dua bahasa juga jadi hal biasa. ’’Saya juga bisa bahasa Spanyol. Cuma tidak terlalu lancar,’’ ungkapnya.