Rute sulit yang dimaksud Cahill adalah playoff. Top scorer sepanjang masa Socceroos (50 gol) sekaligus pemilik caps terbanyak kedua (108 caps) setelah Mark Schwarzer (109 caps) itu pernah bermain dalam playoff edisi 2006 dan 2018.
”Itu (meloloskan Australia ke putaran final Piala Dunia) tak pernah mudah. Pada akhirnya, semua bergantung dari persiapan dan bagaimana kalian menyiapkan segalanya. Baik power, mental, dan fisik yang fit untuk Piala Dunia,” tutur pria 42 tahun yang gantung sepatu tiga tahun lalu itu.
Pengalaman tak kalah penting karena skuad Australia saat ini masih memiliki enam pemain yang menemani Cahill dalam playoff edisi 2018 kontra Honduras.
Mereka adalah kiper sekaligus kapten Matt Ryan, bek kiri Aziz Behich, bek tengah Trent Sainsbury, gelandang bertahan Aaron Mooy, gelandang Jackson Irvine, dan wide attacker Mathew Leckie.
Kepada Sydney Morning Herald, Irvine menyebut pengalaman dalam playoff lawan Honduras jadi pelajaran penting saat ini.
”Apa yang terjadi pada masa lalu bisa membuat kami berkembang dan berkontribusi dalam laga kali ini. Meski semua sudah beda, tetapi kami berharap menuai hasil serupa,” tutur Irvine yang membela klub 2. Bundesliga FC St. Pauli itu.
Bukan hanya Australia yang berpengalaman menjalani playoff antarkonfederasi, Peru punya pengalaman serupa pada edisi yang sama. La Blanquirroja –julukan Peru—sukses melewati hadangan Selandia Baru sebagai perwakilan zona Oseania dengan agregat 2-0.
”Yang makin sulit, playoff kali ini berlangsung dalam single match. Dalam sepak bola, apa pun bisa terjadi,” beber kiper sekaligus kapten Peru Pedro Gallese di laman resmi FIFA. (ren/dns)