RBG.ID, AMERIKA - Nama penyakit cacar monyet ternyata menimbulkan stigmatisasi dan diskriminasi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) bakal mengganti nama penyakit ini.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, saat ini mereka sedang mengadakan forum terbuka untuk mengganti nama penyakit monkeypox atau cacar monyet. Keputusan itu dilakukan setelah beberapa kritikus menyuarakan kekhawatiran bahwa nama itu dapat dianggap diskriminatif dan menstigmatisasi pasien.
WHO mengatakan keputusan itu dibuat setelah pertemuan dengan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), yang membantu mengidentifikasi praktik terbaik untuk penamaan penyakit baru. Apalagi penyakit ini didominasi oleh mereka dalam kelompok LGBT.
“Menghindari menyebabkan pelanggaran terhadap budaya, sosial, nasional, regional, profesional, atau kelompok etnis, dan meminimalkan dampak negatif pada perdagangan, perjalanan, pariwisata atau kesejahteraan hewan,” kata WHO dalam sebuah pernyataan pekan ini seperti dilansir dari Fox News, Minggu (14/8).
WHO mengatakan mereka juga telah mengganti nama dua keluarga virus lain, atau clades, dengan menggunakan angka Romawi, untuk menghindari stigmatisasi. Versi penyakit yang sebelumnya dikenal di Kongo sekarang dikenal sebagai Clade satu atau I dan clade Afrika Barat akan dikenal sebagai Clade dua atau II.
Selain itu, WHO juga menuturkan, siapa pun yang ingin mengajukan saran nama dapat melakukannya di situs web mereka.
Keputusan itu muncul setelah sekelompok ilmuwan pada Juni mengusulkan perubahan nama atas nama diskriminatif dan menstigmatisasi. (jpc)