RBG.id - Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump, baru-baru ini mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan pasokan obat-obatan.
Pasalnya, pasokan obat-obatan itu akan berhenti disalurkan ke negara-negara miskin yang selama ini menerima bantuan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID).
Sontak saja, kebijakan ini berdampak pada ketersediaan obat-obatan penting, termasuk pengobatan untuk HIV, malaria, tuberkulosis (TBC), serta kebutuhan medis bayi baru lahir.
Baca Juga: Jelang Piala Asia U20, Daftar Nama Pemain Sudah Dikantongi Indra Sjafri, Siapa Saja?
Keputusan tersebut merupakan bagian dari kebijakan Donald Trump yang telah membekukan sejumlah bantuan dan pendanaan AS sejak awal masa jabatannya pada 20 Januari lalu.
Langkah ini menuai kritik dari berbagai pihak, terutama dari kalangan tenaga medis dan organisasi kemanusiaan (WHO).
Baca Juga: Video Satpam Usir Pengunjung di Pantai PIK 2 Viral di Medsos, Ternyata Begini Fakta Sebenarnya
Penghentian pasokan obat-obatan itu juga dibenarkan oleh Mantan Kepala Kesehatan Global USAID, Atul Gawande.
"Terhentinya pengobatan penyakit berarti pasien berisiko jatuh sakit. Dalam kasus HIV khususnya, virus dapat lebih mudah menyebar ke orang lain, dan ini juga meningkatkan kemungkinan munculnya strain yang kebal terhadap obat-obatan," kata Atul Gawande, dikutip RBG.id dari Instagram @haluandotco pada Kamis, 30 Januari 2025.
Para ahli memperingatkan penghentian pengobatan ini dapat berdampak fatal, khususnya di Afrika Selatan, di mana diperkirakan sekitar 600 ribu orang berisiko kehilangan nyawa akibat HIV dalam kurun waktu 10 tahun jika akses terhadap pengobatan dihentikan.***