RBG.ID - Perang Rusia dan Ukraina telah memasuki 1000 hari. Konflik dua negara itu berpotensi meluas.
Negara Barat menuding Rusia bisa menyerang negara lain dengan senjata nuklirnya.
Di sisi lain, Korea Utara dikabarkan mengirim tambahan artileri dan peluncur roket untuk membantu Rusia.
Baca Juga: Rekam Jejak Cinta Terlarang Nissa Sabyan dan Ayus: Dari Dugaan Selingkuh hingga Menikah Diam-diam
Selasa lalu (19/11), menteri-menteri Eropa bertemu di Brussels membahas perang asimetris yang akan dilakukan Rusia.
Mereka menuduh Rusia telah menyerang pertahanan Eropa.
''NATO dan Uni Eropa harus berbuat lebih banyak untuk melindungi infrastruktur penting,'' kata Menteri Pertahanan Finlandia Antti Hakkanen.
Dia menyebut Rusia memiliki kemampuan untuk menyabotase Eropa.
Eropa menuding Rusia bisa melakukan perang hibrida.
Teori militer yang dicetuskan oleh Frank Hoffman ini merupakan perpaduan antara perang konvensional, perang ireguler, dan perang siber.
Baca Juga: 5 Gaya Nissa Sabyan yang Sudah Diperistri Ahmad Fairuz, Tetap Imut di Usia 25 Tahun
''Kampanye serangan hibrida semakin intensif. Garis perang tidak hanya berada di Ukraina,'' kata Sekjen NATO Mark Rutte.
Sementara itu, Ukraina yang sudah mendapat restu Amerika Serikat untuk menggunakan rudal jarak jauhnya, sudah melakukan serangan. Serangan pertama dengan ATACMS menghantam gudang amunisi Rusia.