Ia segera mengambil alih sejumlah posisi penting pada April 2012, termasuk Sekretaris Pertama Partai Pekerja Korea (Korean Workers' Party).
Ketua Komisi Militer Pusat, serta Ketua Komisi Pertahanan Nasional (National Defense Commission), yang merupakan otoritas tertinggi di Korea Utara.
Sebelum memimpin, Kim Jong Un sempat menempuh pendidikan di International School of Berne di Gümligen, Swiss, serta di Kim Il-Sung National War College di Pyongyang dari tahun 2002 hingga 2007.
Selama masa kekuasaannya, Kim Jong Un memang sering memantik kontroversi selain program nuklir Korea Utara.
Baca Juga: Venna Melinda Kembali Gugat Cerai Ferry Irawan, Kuasa Hukum Ungkap Ini
Salah satu yang paling mencolok adalah eksekusi pamannya sendiri, Jang Song-Thaek, pada Desember 2013.
Jang sebelumnya dianggap sebagai sosok penting dalam pemerintahan Kim Jong Il, dan kematiannya menandai kebijakan Kim Jong Un untuk menyingkirkan lawan-lawan politik, sering kali melalui eksekusi.
Meskipun keras terhadap para oposisi di dalam negeri, Kim Jong Un juga mencoba memperbaiki hubungan luar negeri, terutama dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Pada Juni 2019, Kim Jong Un, Donald Trump, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bertemu di zona demiliterisasi (DMZ), menjadikan pertemuan itu bersejarah karena menjadi kali pertama seorang presiden AS menginjakkan kaki di wilayah Korea Utara.
Momen ini sempat memberikan harapan besar akan perdamaian dan denuklirisasi Semenanjung Korea.
Namun, optimisme itu tak bertahan lama. Pada Januari 2020, Kim Jong Un secara resmi mengumumkan berakhirnya moratorium atau "perjanjian" dengan Amerika Serikat terkait penghentian uji coba nuklir dan rudal jarak jauh.***