Jika dikonversi ke harga emas saat ini, yang kala itu hanya Rp20 ribu per gram, kekayaannya diperkirakan setara Rp50 miliar.
Sayat kemudian berencana mengelola hadiahnya dengan bijaksana. Kepada harian Waspada, ia mengatakan akan menempatkan sebagian uang di deposito dan menggunakan sisanya untuk membeli rumah dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
Ia bahkan memutuskan untuk berhenti membeli kupon SDSB dan memilih untuk fokus pada ibadah serta membangun masjid di kampung halamannya.
Meski kisah Sayat menginspirasi, program SDSB akhirnya dihentikan pada 1993 karena dianggap mirip dengan perjudian.
Kisah luar biasa ini kini dikenang sebagai salah satu contoh rezeki tak terduga yang bisa mengubah kehidupan seseorang secara dramatis.***