Siap-Siap Diteror Aksi Mencekam! Film 13 Bom di Jakarta Sudah Tayang di Bioskop, Angkat Kisah Komplotan Terorisme yang Menegangkan

RBG.ID - Film 13 Bom di Jakarta membawa gaya baru dalam dunia perfilman Indonesia dengan mengangkat kisah para teroris. Sangat menarik!

Dalam 13 Bom di Jakarta, pemimpin teroris adalah Rio Dewanto yang tampan akan berhadapan dengan Rukman Rosadi.

Film populer 13 Bom di Jakarta yang diproduksi oleh Visinema Pictures dan disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko, sudah tayang perdana pada Kamis (28/12/2023) kemarin.

Baca Juga: Ternyata Bukan di Pangandaran, Ini Dia Wisata Mirip Green Canyon yang Punya Sumber Mata Air Alami Pegunungan, Hidden Gem Seru Buat Healing

Tak hanya tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia, trailer finalnya juga telah dirilis yang menampilkan adegan seru Tim Badan Kontra Terorisme Indonesia (ICTA) melawan kelompok teroris.

Sutradara Angga Dwimas Sasongko mengaku, “Melalui pengalaman kami pada film-film sebelumnya, akhirnya kami sampai pada kesimpulan bahwa 13 bom di Jakarta semuanya bisa dikendalikan oleh kru Indonesia.”

Sebagai seorang sutradara, ia tidak hanya seorang pemikir kreatif, tetapi karena ini adalah sebuah film besar, ia secara strategis mengelola seluruh departemen produksi.

Baca Juga: Drama My Demon dan The Story of Park's Marriage Contract Episode 11 dan 12 Tidak Tayang Minggu Ini, Kenapa?

13 Bom di Jakarta merupakan film aksi, horor, dan visual imersif yang memukau sehingga menjadi pengalaman menonton yang menegangkan, meresahkan, dan tak terlupakan bagi pecinta sinema Indonesia.

Sinopsis Film 13 Bom di Jakarta

Damaskus (Rukman Rosadi) dikatakan terlibat dalam memimpin misi memberantas aktivitas teroris di ibu kota.

Ada pula pencipta perusahaan mata uang digital seperti Oscar (Chicco Kurniawan) dan William (Ardhito Pramono) yang aktif di grup ICTA.

Baca Juga: Meninggal Bunuh Diri Akibat Kasus Narkoba, Berikut Ini 10 Film dan Drama Korea Terbaik untuk Mengenang Sang Aktor Lee Sun Kyun

Keduanya diperiksa tim ICTA atas dugaan keterlibatan kelompok Arok dalam serangan teroris karena uang tebusan diminta dalam bentuk kripto, bukan uang tunai.