Beberapa kali jam tangan saya liat, masih pukul 4:00, “satu jam lagi untuk melihat matahari terbit,” dalam hati saya. Saya coba tidur, tapi tidak bisa. Tidak lama kemudian, dalam keadaan kantuk dan dingin, terdengar samar samar suara adzan subuh yang berasal dari smartphone pendaki lain yang menyusul. “Alhamdulillah,” dalam hati saya.
Saya langsung ambil tayamum, kemudian melakukan salat subuh dalam keadaan meringkuk. “Sah atau tidak solat gw, yang penting gw solat,” dalam hati saya. Usai salat subuh saya berdoa.
“Ya allah berikan kekuatan, kemudahan kepada keluarga saya untuk mencapai puncak Semeru. Tidak ada niat saya untuk membanggakan dan menyombongkan diri mencapai puncak, saya hanya ingin melihat kekuasaan mu ya Allah. Berikan lah hamba dan keluarga kekuatan ya Allah, jauhkan hamba dan keluarga beserta sahabat sahabat hamba dari marabahayamu ya Allah,” doa saya sambil meneteskan air mata.
Usai salat subuh, saya mengecek denyut nadi seluruh keluarga saya. Pertama Adam karena bersebelahan dengan saya. Denyut nadinya normal, tidak menggigil seperti pertama kali istirahat. Istri saya dan anak saya Rama juga denyut nadinya normal. Saya mencoba menghangatkan badan dengan segelas teh manis hangat dan sebatang rokok. (bersambung)
Editor: M. Agung
Sumber: Radar Depok