RBG.id - Haiti kembali dilanda wabah kolera setelah negara itu hampir lumpuh akibat kekurangan pasokan air bersih dan bahan bakar yang dibarengi dengan protes besar dan kejahatan geng yang merebak.
Pemerintah Haiti pada Minggu (2/10) mengumumkan kematian delapan orang warga akibat terinfeksi kolera. Kasus ini merupakan kematian kolera pertama yang dilaporkan setelah lama tidak terlihat dalam tiga tahun berturut-turut.
Kolera terdeteksi pertama kali di daerah kumuh tepi pantai selatan Port-au-Prince, di mana ribuan orang di sana tinggal dalam kondisi sempit, tidak layak dan kurang sehat. Munculnya wabah ini memicu kembali kekhawatiran ingatan pada satu dekade lalu tentang epidemi yang menewaskan hampir 10 ribu orang.
BACA JUGA : Protes Lonjakan Inflasi, Ribuan Warga Haiti Turun Ke Jalan
“Kolera adalah sesuatu yang dapat menyebar dengan sangat, sangat cepat,” ucap Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Haiti Laure Adrien, yang dimuat South Central Florida.
Saat ini PBB bersama dengan pemerintah Haiti sedang bekerja untuk melakukan tanggap darurat terhadap potensi wabah ini. Mereka menekankan bahwa tim kesehatan perlu jaminan akses yang aman dari kejahatan geng untuk memasuki daerah-daerah tempat kasus kolera dilaporkan.
Kematian itu terjadi karena kekurangan bahan bakar dan protes yang sedang berlangsung, yang telah menutup ketersediaan layanan dasar di seluruh Haiti. Hal dasar tersebut termasuk perawatan medis dan air bersih, yang merupakan kunci penting bagi Haiti dalam memerangi wabah kolera dan menjaga pasien agar tetap hidup.