Dalam artikelnya, Asia Times mencatat, Laut China Selatan merupakan lingkungan operasi yang ideal untuk XLUUV, karena fitur bawah lautnya yang tidak terpetakan dan dangkalnya membuat navigasi berbahaya bagi kombatan angkatan laut berawak.
Laporan dari US Congressional Research Service (CRS) pada Agustus menyebut terdapat potensi salah perhitungan dan eskalasi dengan kapal tak berawak.
Tanpa bimbingan manusia dari sistem tak berawak, risiko eskalasi meningkat, dengan insiden tanpa kehadiran manusia langsung atau kerugian yang berpotensi memicu konflik yang lebih luas di laut dan sekitarnya. (rmol)