RBG.id - Pakistan tengah enghadapi kesulitan di tengah bencana banjir sepanjang pekan ini. Dana Moneter Internasional (IMF) telah setuju untuk mengucurkan dana sebesar 1,17 miliar dolar AS atau sekitar Rp17 triliun untuk membantu Pakistan.
Dilansir dari One India pada Selasa (30/8), dana tersebut awalnya merupakan bagian dari pinjaman bailout pemerintah di bawah pimpinan Perdana Menteri sebelumnya, Imran Khan, pada 2019, akan tetapi pembayaran terakhir ditunda oleh IMF sampai hari ini karena Imran tidak dapat memenuhi tuntutan IMF untuk memotong subsidi energi di negaranya.
BACA JUGA : Bencana Banjir Tewaskan Ribuan Korban, Pangeran Saudi Kirim Ucapan Duka ke Presiden Pakistan
Saat ini, ekonomi Pakistan sedang dilanda defisit neraca berjalan yang besar serta inflasi yang tinggi. Cadangan devisa Pakistan dikabarkan hanya cukup untuk kegiatan ekspornya selama satu bulan.
Kembalinya kesepakatan pinjaman dana ini datang dari Perdana Menteri Shehbaz Sharif yang telah berhasil memotong sebagian subsidi negara sebagai persyaratan yang diberikan oleh IMF. Pemotongan subsidi ini lantas mendapatakan kritik keras dari masyarakat Pakistan dalam beberapa bulan terakhir, karena Shehbaz telah memberlakukan tiga kenaikan harga bahan bakar secara kumulatif berjumlah 50 persen, serta menaikkan biaya listrik.
Dalam sebuah pernyataan, Deputi Direktur Pelaksana IMF Antoinette Sayeh menyambut baik pemotongan dana anggaran negara, ia mengatakan mematuhi kenaikan terjadwal dalam bahan bakar dan energi merupakan hal yang penting, mengingat saat ini Pakistan tengah berada dalam kondisi eksternalnya yang merugikan.
"Ekonomi Pakistan telah diterpa oleh kondisi eksternal yang merugikan, karena dampak dari perang di Ukraina, dan tantangan domestik," ujar wakil direktur pelaksana IMF Antoinette Sayeh.