Aktris 28 tahun tersebut mengakui bermain dalam pementasan arahan sutradara Joned Suryatmoko dan Heliana Sinaga itu cukup menantang.
Terlebih, ceritanya dari tahun 1817-an dan kemudian ditarik ke masa kini.
Baca Juga: Sakit Hati Sang Adik Disebut Pelacur, Seorang Pria di Palembang Nekat Tusuk Iparnya
"Bisa dibilang challenging ya di awal-awal karena itu bukan bahasa yang biasa digunakan setiap hari. Tapi makin ke sini kita semakin lancar. Mudah-mudahan pas pentas kita sudah sesuai dengan karakter masing-masing," ujarnya yang mengaku intensif latihan setiap hari.
Kisah pementasan ini diawali dari tahun 1817-an di mana Ariyah (Chelsea Islan), seorang wanita yang menjadi jaminan utang ibunya kepada Juragan Tambas. Tidak dapat membayar utang, Ariyah pun dipaksa menjadi istri muda si Juragan. Hal ini mendapatkan pemberontakan dari Karim, kekasihnya yang akhirnya berujung pada tragedi dan kematian keduanya.
Mayat Ariyah dibuang dari Jembatan Ancol. Sedang mayat Karim tidak diketahui keberadaannya. Ariyah yang tak pernah merasa dirinya mati akhirnya gentayangan mencari kekasihnya. Dia juga gentayangan lantaran tidak sempat meminta maaf dan berpamitan pada ibunya setelah usulnya menjadi jaminan utang berakhir petaka.
Cerita juga ditarik ke masa kini. Ariyah yang gentayangan lalu bertemu dengan Yulia, Yudha, dan Tante Mus yang berusaha menghadapi mafia tanah bernama Bos Mintarjo yang mengancam rumah mereka. Dalam prosesnya, hubungan masa lalu dan aroma kayu manis menjadi kunci dalam memecahkan misteri yang melibatkan cinta, dendam, dan keberanian. (jpc)
Ikuti berita menarik lainnya di Google News.