RBG.ID - BAGI Log Zhelebour, God Bless adalah ’’si sulung’’ pembuka jalan.
Logiss Record, perusahaan rekaman yang dia dirikan, serta seluruh band dan musisi yang bernaung di bawahnya, tumbuh bersama Ahmad Albar, Ian Antono, Donny Fattah, dan para personel yang sempat keluar masuk.
’’Bisa dibilang, kami ini belajar sambil membuat sejarah,” katanya.
Kami yang dimaksud Log bahkan bisa diterjemahkan lebih luas lagi: Indonesia.
Hari ini, tepat di 50 tahun kelahirannya, God Bless telah memberi pengaruh begitu besar bagi skena musik tanah air, khususnya rock. Mulai dari gaya panggung, penulisan lirik, pengaturan aransemen, sampai konsistensi berkarya.
’’Dulu memulai, tidak pernah berpikir sejauh ini. Alhamdulillah, teman-teman tetap berkomitmen untuk tetap bersatu apa pun yang terjadi,” kata Iyek, sapaan akrab Ahmad Albar, dalam pernyataan tertulis yang diterima Jawa Pos.
Baca Juga: Pelunasan Biaya Haji Diperpanjang Hingga 12 Mei Sebab Sebanyak 14 Ribu Orang Belum Melunasi
Mereka membuka jalan tentang bagaimana membuka konser sebuah band dunia, Deep Purple, pada 1975.
Pada ’’Musisi’’ yang termaktub di album ’’Cermin” dan sampai sekarang masih sering jadi lagu wajib festival musik, mereka menunjukkan bagaimana musik berkualitas bakal melintas waktu.
Mereka juga, saat merilis album ’’Semut Hitam’’, memperlihatkan bagaimana beradaptasi dengan usia dan zaman. Dan, menjadi pembuka Deep Purple lagi pada Maret lalu adalah bukti betapa tak pernah sia-sia ’’kukejar prestasi itu, seribu langkah kupacu’’.
Baca Juga: RM BTS Bagi Kabar Terbaru di Weverse, Menyapa dan Menanyakan Kabar Army
Paul Heru Wibowo, pengamat musik, menyebut perubahan yang dilakukan God Bless pada ’’Semut Hitam’’ sebagai bentuk keluwesan mereka merespons era dan pasar. Meninggalkan kerumitan di album sebelumnya, ’’Cermin’’, yang meskipun secara estetis diakui, jeblok di pasaran.
Ada bebunyian, kata Paul, yang sangat Indonesia di album yang dirilis pada 1988 tersebut. Iyek pun, seiring performa vokalnya yang tergerus umur, juga menampakkan cengkok khasnya.